KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb, penulis panjatkan ke-Hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
E-Business. Makalah ini penulis beri judul “ PENGARUH MANAJEMEN PRODUKSI
TERHADAP KEGIATAN PRODUKSI DI INDUSTRI GARMEN”.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru
kepada pembaca, walaupun terdapat kesalahan di dalamnya. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, 05 Oktober 2017
penulis
KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR
ISI. 2
BAB I . PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang. 3
I.II Rumusan Masalah. 3
I.III Tujuan. 3
BAB II. LANDASAN TEORI
II.I Proses Produksi 4
II.II Manajemen Produksi 4
BAB III. PEMBAHASAN
III.I Pentingnya Manajemen Produksi 6
III.II Proses Pengambilan Keputusan Operasional 8
III.III Kinerja Manajemen Produksi 10
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.I Kesimpulan : 13
IV.II Saran : 13
DAFTAR PUSTAKA
Sejarah kebangkitan industri modern dimulai pada tahun
1820-1830 atau sering disebut dengan revolusi industri.Dampak lebih lanjut dari
perkembangan teknologi ini adalah perkembangan organisasi dan kegiatan bisnis
di tahun 1990an. Banyak berdiri pabrik-pabrik industri yang bergerak di
berbagai macam bidang, baik bidang jasa maupun barang. Persaingan pun
ketat dengan berkembangnya teknologi-teknologi canggih, dimana Negara-negara di
planet bumi ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Kecenderungan
cara berbisnis pun berubah.
Produsen semakin di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam pembuatan karya-karya yang akan di perjual belikan.dengan demikian
persaingan pun terjadi secara positif. Dan membuka peluang bagi
pengusaha-pengusaha kecil untuk lebih berkembang.
Jika kita lihat dewasa-dewasa ini perkembangan garmen yang
menduduki peringkat tertinggi,kebutuhan manusia akan sandang dan kebutuhan
manusia untuk selalu ingin berpenampilan up to date membuat manusia
tidak berhenti dan merasa puas akan apa mereka miliki. Hal yang
demikian membuat pengusaha-pengusaha garmen semakin menunjukan kebolehannya
dalam menciptakan kreasi dan pernak-pernik menarik, dengan kualitas baik dan
harga yang terjangkau.
Di dalam indsutri garmen juga memiliki manajemen
produksi,yang mana manajemen
produksi dalam sistem produksi, terkait karakteristik, pengukuran kinerja serta
ruang lingkup keputusan yang perlu diambil serta strategi operasi yang
merupakan penjabaran dari strategi bisnis/ korporasi.
fungsi produksi merupakan fungsi yang ada di sebuah
perusahaan manufaktur atau jasa yang mengemban fungsi untuk menciptakan
kegunaan bentuk (form utility). Dalam keberadaan seperti itu, maka fungsi
produksi atau operasi menjadi tempat terjadinya proses perubahan secara fisik
atau sumber daya produksi (intput) menjadi keluaran (output).
a)
Kenapa manajemen produksi itu penting
dalam industri garmen?
Untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan produksi yang baik dalam industry garmen
Proses produksi sering diartikan sebagai aktivitas yang
ditujukan untuk meningkatkan nilai masukan (input) menjadi keluaran (output).
Secara garis besar, proses produksi adalah kegiatan mengolah masukan (input,
sumber daya produksi) dalam proses dengan menggunakan metode tertentu untuk
menghasilkan keluaran (output, barang maupun jasa) yang sesuai dengan
ketentuan. Dengan demikian maka kegiatan usaha jasa seperti dijumpai pada
perusahaan angkutan, asuransi, bank, pos, telekomunikasi, dsb menjalankan juga
kegiatan produksi.
Dalam unit usaha pabrikasi keluarannya merupakan barang real
sehingga produktovitasnya akan lebih mudah diukur bila dibandingkan dengan unit
usaha jasa yang keluarannya berupa pelayanan.
Kualitas produk yang dihasilkan dari usaha
pabrikasi lebih mudah ditentukan standarnya.
Dalam melakukan
kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola yang sering disebut
sebagai faktor – faktor produksi yaitu :
b)
Material
atau bahan
c)
Mesin
atau peralatan
d)
Manusia
atau karyawan
e)
Modal
atau uang
Manajemen yang akan
memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain.
Dengan demikian manajemen operasi berkaitan
dengan pengelolaan faktor – faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran
(output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga
maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa
manajemen produksi operasi bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran
(output) baik yang berupa produk maupun jasa yang sesuai dengan permintaan dan
kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan
tepat pada waktunya.Bertitik tolak dari tanggung jawab ini maka ukuran kinerja
suatu sistem operasi dapat diukur dari :
·
Ongkos
Produksi
Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha,
maka ukuran kinerja sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai, namun
seperti diuraikan diatas bahwa sistem produksi hanyalah salah satu dari sub
sistem yang ada dalam suatu sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa
besar kontribusi sistem operasi di dalam pencapaian keuntungan bukanlah hal
yang mudah. Oleh sebab itu untuk mengukur kinerja sistem produksi diambil
ukuran waktu operasi tertentu (biasanya dalam waktu satu tahun)
Ongkos produksi ini meliputi semua biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk / jasa ketangan konsumen. Dengan ongkos
produksi yang murah diharapkan bahwa produk / jasa dapat dipasarkan dengan
harga yang dapat dijangkau oleh konsumen
·
Kualitas
Produk / Jasa.
Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak hanya
memilih produk/jasa yang harganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas,
oleh sebab itu baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas
produk/jasa yang dihasilkan. Ukuran kualitas produk yang dimaksudkan disini
tentunya yang disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara
teknologi semata.
Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu
sistem produksi / operasi lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan
oleh system produksi kepada konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai tingkat
pelayanan (service level) merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur, sebab
banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor kualitatif, walaupun demikian beberapa
ukuran obyektif yang sering digunakan antara lain :
Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk
mendapatkan
produk / jasa.
·
Kecepatan
pelayanan baik yang berkaitan dengan waktu pengiriman (delivery time) maupun
waktu pemrosesan (processing time)
Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas
maka seorang manajer produksi / operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua
kompetensi, yaitu
Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan pemahaman atas teknologi proses produksi dan pengetahuan atas
jenis – jenis pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa memiliki kompetensi teknikal
ini maka seorang manajer produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang
sebenarnya harus diperbuat
Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber – sumber
daya (faktor – faktor produksi) serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang
lain. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat penguasaan pengelolaan atas
faktor – faktor produksi serta menjalin koordinasi dan kerjasama dengan fungsi
– fungsi lain yang ada didalam suatu unit usaha merupakan keharusan yang tak
dapat dihindarkan.
Secara harfiah, Manajemen Produksi terbangun atas dua kata,
yaitu Manajemen dan Produksi. Manajemen memiliki dua makna, manajemen sebagai
posisi dan manajemen sebagai proses. Manajemen Produksi dapat diartikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan,
dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang
berhubungan dengan proses pengolahan masukan (input, sumber daya produksi)
menjadi keluaran (output, produk barang maupun jasa) dengan nilai tambah yang
lebih besar.
Dari pengertian tersebut, Manajemen Produksi memiliki
beberapa unsur utama, yaitu:
Manajemen Produksi adalah sebuah proses
manajemen, sehingga kegiatannya berawal dari aktivitas perencanaan dan berakhir
pada aktivitas pengendalian.
Manajemen Produksi mengkaji kegiatan pengolahan masukan
menjadi keluaran tertentu, baik barang maupun jasa.
Manajemen Produksi bertujuan untuk memberikan
nilai tambah atau manfaat lebih besar kepada organisasi atau perusahaan.
Manajemen Produksi adalah sebuah sistem yang terbangun dari
subsistem masukan, subsistem proses pengolahan, dan subsistem keluaran.
Selanjutnya, kita perlu malihat definisi
Manajemen Produksi atau Operasinal sebagai suatu tipe ilmu manajemen dari
manajemen fungsional perusahaan menurut pandangan para pakar Manajemen Produksi
atau Operasional. Menurut Chase dan Aquilano (1995), Chase, Aaquilano dan
Jacobs (2001), Russel dan Taylor (2000), Adam dan Ebert (1992) pada pokoknya
merupakan sejumlah kegiatan yang berhubungan dengan pendesainan, kegiatan
transformasi (operations), dan perbaikan sistem yang berfungsi untuk
menciptakan dan menyerahkan keluaran yang dihasilkan oleh perusahaan, baik
produk barang maupun jasa.
Melihat pengertian
Manajemen Produksi atau Operasional menurut para pakar di atas, maka ada tiga
kategori keputusan atau kebijakan utama yang tercakup di dalamnya, yaitu
sebagai berikut:
a)
Keputusan
atau kebijakan mengenai desain. Desain dalam hal ini tergolong tipe keputusan
jangka panjang, dan dalam arti yang luas meliputi penentuan desain dari produk
yang akan dihasilkan, desain atas lokasi, dan tata letak pabrik, desain atas
kegiatan pengadaan masukan yang diperlukan, desain atas metode dan teknologi
pengolahan, desain atas organisasi perusahaan, dan desain atas job description
dan job specification.
b)
Keputusan
atau kebijakan mengenai proses transformasi (operations). Keputusan produksi
atau operasi ini berjangka pendek, berkaitan tentang keputusan taktis dan
operasi. Di dalamnya terkait jadwal produksi, gilir kerja (shift) dari personil
pabrik, anggaran produksi, jadwal penyerahan masukan ke subsistem pengolahan,
dan jadwal penyerahan keluaran ke pelanggan atau penyelesaian produk.
Dalam industry garmen proses transformasi
pengolahan produksi,seperti yang berikut ini :
c) Keputusan atau kebijakan perbaikan secara
terus-menerus dari sistem operasi. Karena sifatnya berkesinambungan
(terus-menerus), maka kebijaksanaan tersebut bersifat rutin. Kegiatan yang
tercangkup di dalamnya pada pokoknya meliputi perbaikan terus-menerus dari mutu
keluaran, keefektifan dan keefesinan sistem, kapasitas, dan kompetensi dari
para pekerja, perawatan sarana kerja atau mesin, serta perbaikan terus menerus
atas metode penyelesaian atau pengerjaan produk.
secara
umum ada 5(lima) jenis kategori keputusan esensial didalam manajemen produksi,
yaitu keputusan yang berkaitan dengan :
i.
Proses
Produksi
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada
prinsipnya berkaitan dengan penentuan wahana atau fasilitas fisik yang
dipergunakan untuk terjadinya transformasi input menjadi produk / jasa.
Keputusan yang dimaksud meliputi :
a)
Teknologi produksi
b)
Type peralatan
c)
Jenis proses dan aliran proses produksi
d)
Tata letak fasilitas
Pada umumnya keputusan – keputusan yang diambil
dalam kategori ini berdampak jangka panjang dan tidak mudah diubah dalam waktu
yang singkat (long term strategic decision).
ii.
Kapasitas
Keputusan – keputusan yang termasuk dalam
kategori ini berkaitan dengan penentuan kemampuan sistem produksi untuk
menghasilkan barang dalam jumlah dan waktu yang tepat. Dipandang dari sudut
waktu dibedakan atas :
Keputusan jangka panjang, antara lain penentuan
kapasitas design sistem produksi, expansi kapasitas, integrasi vertikal,
integrasi horisontal dsb
Keputusan jangka menengah, antara lain penentuan
sub kontrak, penambahan mesin, rekrutasi tenaga kerja dsb
Keputusan jangka pendek, pada prinsipnya
berkaitan dengan pengalokasian pendayagunaan sumber – sumber yang tersedia
untuk menghasilkan barang yang diminta konsumen. Keputusan ini diantaranya
adalah penjadwalan produksi (Scheduling & dispatching), pengaturan mesin
dlsb.
iii.
Persediaan
(Inventory)
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada
hakekatnya berkaitan dengan pengaturan material yang diperlukan untuk keperluan
produksi, mulai dari pengaturan bahan baku, barang setengah jadi maupun produk
jadi. Ditinjau dari segi permasalahan yang dihadapi, keputusan ini dapat
dibedakan atas keputusan tentang operating system persediaan dan keputusan tentang
policy persediaan
iv.
Tenaga
Kerja
Mengelola orang merupakan pekerjaan terpenting
yang perlu dibuat oleh seorang manajer mengingat tenaga kerja tidak hanya
sebagai salah satu faktor produksi tetapi merupakan faktor penentu dari
keberhasilan semua aktivitas didalam sistem produksi. Keputusan dalam kategori
ini dimulai sejak proses seleksi karyawan sampai dengan pensiun. Adapun
keputusan – keputusan rutin diantaranya penugasan karyawan, pengaturan lembur
dan cuti, penggiliran kerja dan sebagainya
Kualitas Produksi
Manajer produksi bertanggungjawab atas kualitas
dari barang / jasa yang dihasilkan, oleh sebab itu manajer produksi wajib untuk
melakukan kegiatan – kegiatan agar produk / jasa yang dihasilkan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Proses produksi untuk menghasilkan
keluaran, baik produk barang maupun jasa mempunyai beberapa bentuk
Pada perusahaan manufaktur atau pabrikasi, proses
menghasilkan keluaran adalah melalui pengolahan dan penyempurnaan bentuk atau
kegunaan berbagai masukan (to create form utility). Seperti : kain diolah
menjadi baju, celana, jaket,kain gorden, taplak meja dan sebagainya.
Hubungan Masukan-Keluaran dan
Indikator Kinerja Berbagai Sistem Produksi
Jenis Proses Produksi Masukan Utama Keluaran
Sistem Ukuran Kinerja Sistem ;
Usaha Manufaktur Menyempurnakan
bentuk
(form utility) Bahan, tenaga kerja manusia
(tkm), modal, peralatan, energi, Keahlian Barang
(keluaran berwujud) Produktivitas.
Dalam Bentuk Industri Garmen
Sumber Daya ;
a. Bahan Baku : Kain, benang, kancing(levis dan jaket), resleting(levis dan
jaket), dan aksessoris garmen lainnya.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
i.
Bagian Cutting (Pemotongan) 150 orang
Dalam tahap ini kain yang
digelar di lapisan meja dengan lapisan hingga ketinggian tertentu. Kemudian
kain di potong dengan mesin pemotong, dipotong menjadi bentuk pakaian
atau pola dan dipisahkan dari lapisan.Penggelaran kain mungkin dilakukan dengan
cara manual dan menyebar otomatis dengan mesin spreading.Setelah dipotong
berdasarkan pola marker yang di gelar diatas tumpukan kain kemudian di tempel
nomor dan dibundel dan kirim ke ruang jahit.
ii.
Bagian Sewing (Menjahit) 300 orang
Panel garmen dijahit
bersama-sama di ruang jahit dengan menggunakan mesin jahit. Dalam menjahit pola
kain 2D dikonversi dalam bentuk 3D. Seorang operator menjalankan mesin dan
bagian menggunakan benang jahit garmen bergabung bersama-sama. Berbagai jenis
mesin jahit telah disiapkan untuk menjahit.Mesin yang dipilih sesuai
dengan kebutuhan proses jahitan dan jenis kain.Dalam proses produksi ;Bagian
Cut yang memberipekerjaan(potongan kain ) pada awal line sewing, melewati line
sewing dan pada akhir line pakaian jadi keluar. Setiap mesin dijalankan oleh
masing-masing operator dan operator menjahit hanya satu atau dua operasi
garmen.
iii.
Bagian Pembolongan kancing 150 orang
iv.
Bagian Pemasangan Kancing 150 orang
v.
Bagian Pemasangan pad bahu 150 orang
vi.
Bagian Pembersihan benang (trimming) 250 orang
Setelah jahitan,
semua benang tergantung dipotong dengan cara trimmer tangan(manual dengan gunting). Pakaian
bersih dari sisa benang benang dipotong mepet adalah persyaratan kualitas
dasar.
vii.
Bagian Penggosokkan 150 orang
Proses ini dilakukan untuk
merapikan pakaian yang kusut, kualitas dan kerapihan pakaian adalah keutamaan
demi memuaskan konsumen.
viii.
Bagian Pemasangan Label, dan
harga 150 orang
Pemasangan label dilakukan untuk konsumen mengetahui
bahwa pakaian tersebut adalah keluaran dari garmen ini, dan Price tag digunakan
untuk memudahkan konsumen melihat harga pakaian tersebut.
ix.
Bagian Pemeriksaan 250 orang
Umumnya proses ini termasuk
memeriksa pakaian, pemeriksaan pengukuran, papan, dan bercak.Setelah pakaian di
jahit , semua potongan diperiksa oleh QC untuk memastikan bahwa pakaian yang
sedang dibuat sesuai standar kualitas pembeli. Memeriksa biasanya dilakukan
untuk penampilan visual dan pengukuran. Bercak noda dihilangkan .
Berbagai bahan kimia (pelarut) digunakan untuk menghapus berbagai jenis noda
minyak, tanda dan noda keras.
x.
Bagian Pelipatan dan Pembungkusan (Packing and
Folding) 300 orang
Setiap garmen dipressing
kemudian dilipat dengan jaringan atau kartu papan. Folding bervariasi produk
berdasarkan produk dan juga keinginan pembeli. Menggantung tag, tag khusus dan
harga stiker yang melekat dengan plastik Kimble atau benang. Dilipat dan
menandai garmen kemudian dikemas ke dalam polybag.Pengambilan pakaian dari
kemasan secara acak diperiksa oleh pengendali mutu internal untuk memastikan
bahwa hanya barang-barang berkualitas sedang dikemas.
xi.
Bagian Pengemasan 250 orang
Setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan, tahap
akhirnya adalah pengemasan, yang mana barang dikemas dengan rapid an akhirnya
siap untuk di pasarkan ke konsumen.
c. Mesin
yang digunakan dalam proses produksi dalam industry garmen yaitu ;
a) Mesin
Potong
b) Mesin
jahit
c) Mesin
pembolong Kancing
d) Mesin
Setrika
e) Mesin
Metal Detector
f) Mesin
kemasan otomatis
d.
Energi yang digunakan dalam produksi yaitu; energi listrik.
Setelah
semua proses diatas yaitu proses pengolahan masukan (bahan baku dan sumber daya
produksi) menjadi keluaran (pakaian jadi seperti; kaos, baju, celana levis,
jaket, dan berbagai jenis pakaian anak-anak)
Pengendalian
produksi sangat diperlukan agar proses
produksi bisa lancar, cepat dan jumlahnya
sesuai dengan rencana pencapaian target.
Adapun
5 keputusan yang harus di rencanakan dalam
pengendalian produksi yaitu ; Proses produksi, kapasitas, persediaan,
dan tenaga kerja. hal – hal tersebut harus di rencanakan dengan baik agar
proses produksi berjalan lancar.
Untuk dapat
bersaing dan lebih banyak di kenal masyarakat, diperlukannnya inovasi baru
dalam pembuatan pakaian, agar pakaian yang dijual tidak ketinggalan. Pada saat
ini kita lebih mudah untuk melihat apa tren fashion saat ini, jadi produksi di
garmen dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini.
DAFTAR PUSTAKA