Kamis, 02 November 2017

Metode Daur Hidup SI E-Business

SDLC (System Development Life Cycle) cocok untuk membangun e-business karena dilakukan selangkah demi selankah dengan proses dokumentasi yang rapi.
Tahapan –Tahapan SDLC :
1.      Tahapan perencanaan
2.      Tahapan analisis
3.      Tahapan perancangan
4.      Tahapan penerapan
5.      Tahapan evaluasi
6.      Tahapan penggunaan dan pemeliharaan

1.      Tahapan Perencanaan
Pembuatan system mencoba memahami permasalahan dan mengidentifikasikan secara rinci , kemudian menentukan tujuan pembobotan sistema dan mengidentifikasi kanidat.
Contoh: proposal proyek.

2.      Tahapan Analisis
Menganalisis permasalahan dengan menyusun studi kelayakan.
Menurut Mc.Leod terdapat 6 dimensi kelayakan :
a)     Kelayakan teknis,
b)     Pengembalian ekonomis,
c)      Pengembalian non-ekonomis,
d)     Hukum dan etika,
e)     Operasional,
f)       Jadwal.

Faktor lain :
a)      Kelayakan organisasi, (organisasi harus memberikan dukungan)
b)      Memilih kelompok bisnis (sasaran pasar atau pemakai system)
c)      Kemungkinan permodalan,
d)      Tingkat kompetisi produk,
e)      Lingkungan operasional system
Contoh : dimana system akan diakses
f)       System harga
Apakah ada tawar menawar ? diskon? Atau sudah ada ketetapan harga?

3.      Tahap Perancangan
a)      Kebutuhan perusahaan e-business
b)      Kebutuhan operator
c)      Kebutuhan pemakai
d)      Kebutuhan teknis

4.      Tahap Penerapan
a)      Kegiatan mengimplementasikan rancangan yang telah disusun sebelumnya agar dapat diwujudkan.
b)      Pertimbangan memilih bahasa tersebut, penguasaan programmer terhadap bahasa tersebut.
cara merealisasikan sistem:
a.      Paket aplikasi
b.      Pengembangan oleh staff
c.       Pengembangan dilakukan oleh pihak luar

5.      Tahap Evaluasi
a.      Uji coba untuk memastikan sistema sudah benar dan sesuai karakteristik yang ditetapkan
b.      Dilakukan bertahap mulai dari pengecekan alur sistema sampai pengecekan yang melibatkan data sesungguhnya
c.       Evaluasi perangkat keras yang digunakan.

6.      Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan
a.      Tahap digunakan bila sistema telah diuji coba dan dinyatakan lolos
b.      Tim teknis harus memperhatikan masalah pemeliharaan sistem untuk memelihara keutuhan data dan informasinya.
c.       Pemeliharaan dapat berupa : penataan ulang, database, dan backup.

Faktor yang menyebabkan Kegagalan SI E-Business
a.    Sering orang memandang SI e-Business adalah paling utama dan penting, sementara melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, produk dan respon layanan kepada konsumen.
b.   Antar-muka SI e-Business sering kurang interaktif,kurang komunikatif dan kurang mudah digunakan oleh konsumen, karena antar muka sering dibangun   berdasarkan selera pembuatnya.
c.    Perubahan cara pandang, pola berbisnis, dan sistim dari tradisonal dan lokal menjadi moderen dan global;   perusahaan dan pebisnis membutuhkan waktu untuk   beradaptasi dengan perubahan tersebut

Rabu, 11 Oktober 2017

Studi Kasus Tentang Pentingnya Manajemen Produksi dalam suatu Industri Garmen


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb, penulis panjatkan ke-Hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah E-Business. Makalah ini penulis beri judul “ PENGARUH MANAJEMEN PRODUKSI TERHADAP KEGIATAN PRODUKSI DI INDUSTRI GARMEN”.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru kepada pembaca, walaupun terdapat kesalahan di dalamnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
           




Jakarta, 05 Oktober 2017


penulis
 



KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB I . PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang. 3
I.II Rumusan Masalah. 3
I.III Tujuan. 3
BAB II. LANDASAN TEORI
II.I Proses Produksi 4
II.II Manajemen Produksi 4
BAB III. PEMBAHASAN
III.I Pentingnya Manajemen Produksi 6
III.II Proses Pengambilan Keputusan Operasional 8
III.III Kinerja Manajemen Produksi 10
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.I Kesimpulan : 13
IV.II Saran : 13
DAFTAR PUSTAKA






Sejarah kebangkitan industri modern dimulai pada tahun 1820-1830 atau sering disebut dengan revolusi industri.Dampak lebih lanjut dari perkembangan teknologi ini adalah perkembangan organisasi dan kegiatan bisnis di tahun 1990an. Banyak berdiri pabrik-pabrik industri yang bergerak di berbagai macam bidang, baik bidang jasa maupun barang. Persaingan pun ketat dengan berkembangnya teknologi-teknologi canggih, dimana Negara-negara di planet bumi ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Kecenderungan cara berbisnis pun berubah.
Produsen semakin di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembuatan karya-karya yang akan di perjual belikan.dengan demikian persaingan pun terjadi secara positif. Dan membuka peluang bagi pengusaha-pengusaha kecil untuk lebih berkembang. 
Jika kita lihat dewasa-dewasa ini perkembangan garmen yang menduduki peringkat tertinggi,kebutuhan manusia akan sandang dan kebutuhan manusia untuk selalu ingin berpenampilan up to date  membuat manusia tidak  berhenti dan merasa puas akan apa mereka miliki. Hal yang demikian membuat pengusaha-pengusaha garmen semakin menunjukan kebolehannya dalam menciptakan kreasi dan pernak-pernik menarik, dengan kualitas baik dan harga yang terjangkau.
Di dalam indsutri garmen juga memiliki manajemen produksi,yang mana manajemen produksi dalam sistem produksi, terkait karakteristik, pengukuran kinerja serta ruang lingkup keputusan yang perlu diambil serta strategi operasi yang merupakan penjabaran dari strategi bisnis/ korporasi.
fungsi produksi merupakan fungsi yang ada di sebuah perusahaan manufaktur atau jasa yang mengemban fungsi untuk menciptakan kegunaan bentuk (form utility). Dalam keberadaan seperti itu, maka fungsi produksi atau operasi menjadi tempat terjadinya proses perubahan secara fisik atau sumber daya produksi (intput) menjadi keluaran (output).

a)      Kenapa manajemen produksi itu penting dalam industri garmen?

      Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan produksi yang baik dalam industry garmen






Proses produksi sering diartikan sebagai aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan nilai masukan (input) menjadi keluaran (output). Secara garis besar, proses produksi adalah kegiatan mengolah masukan (input, sumber daya produksi) dalam proses dengan menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan keluaran (output, barang maupun jasa) yang sesuai dengan ketentuan. Dengan demikian maka kegiatan usaha jasa seperti dijumpai pada perusahaan angkutan, asuransi, bank, pos, telekomunikasi, dsb menjalankan juga kegiatan produksi.
Dalam unit usaha pabrikasi keluarannya merupakan barang real sehingga produktovitasnya akan lebih mudah diukur bila dibandingkan dengan unit usaha jasa yang keluarannya berupa pelayanan.
Kualitas produk yang dihasilkan dari usaha pabrikasi lebih mudah ditentukan standarnya.

Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola yang sering disebut sebagai faktor – faktor produksi yaitu :
b)      Material atau bahan
c)      Mesin atau peralatan
d)     Manusia atau karyawan
e)      Modal atau uang
Manajemen yang akan memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain.
Dengan demikian manajemen operasi berkaitan dengan pengelolaan faktor – faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun jasa yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan tepat pada waktunya.Bertitik tolak dari tanggung jawab ini maka ukuran kinerja suatu sistem operasi dapat diukur dari :
·         Ongkos Produksi
Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha, maka ukuran kinerja sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai, namun seperti diuraikan diatas bahwa sistem produksi hanyalah salah satu dari sub sistem yang ada dalam suatu sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa besar kontribusi sistem operasi di dalam pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu untuk mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu operasi tertentu (biasanya dalam waktu satu tahun)
Ongkos produksi ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk / jasa ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah diharapkan bahwa produk / jasa dapat dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen
·         Kualitas Produk / Jasa.
Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih produk/jasa yang harganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas, oleh sebab itu baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas produk/jasa yang dihasilkan. Ukuran kualitas produk yang dimaksudkan disini tentunya yang disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara teknologi semata.
Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu sistem produksi / operasi lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan oleh system produksi kepada konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai tingkat pelayanan (service level) merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur, sebab banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor kualitatif, walaupun demikian beberapa ukuran obyektif yang sering digunakan antara lain :
Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk mendapatkan
produk / jasa.
·         Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan dengan waktu pengiriman (delivery time) maupun waktu pemrosesan (processing time)
Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas maka seorang manajer produksi / operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua kompetensi, yaitu
Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman atas teknologi proses produksi dan pengetahuan atas jenis – jenis pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa memiliki kompetensi teknikal ini maka seorang manajer produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang sebenarnya harus diperbuat
Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber – sumber daya (faktor – faktor produksi) serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat penguasaan pengelolaan atas faktor – faktor produksi serta menjalin koordinasi dan kerjasama dengan fungsi – fungsi lain yang ada didalam suatu unit usaha merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.







Secara harfiah, Manajemen Produksi terbangun atas dua kata, yaitu Manajemen dan Produksi. Manajemen memiliki dua makna, manajemen sebagai posisi dan manajemen sebagai proses. Manajemen Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan (input, sumber daya produksi) menjadi keluaran (output, produk barang maupun jasa) dengan nilai tambah yang lebih besar.
Dari pengertian tersebut, Manajemen Produksi memiliki beberapa unsur utama, yaitu:
Manajemen Produksi adalah sebuah proses manajemen, sehingga kegiatannya berawal dari aktivitas perencanaan dan berakhir pada aktivitas pengendalian.
Manajemen Produksi mengkaji kegiatan pengolahan masukan menjadi keluaran tertentu, baik barang maupun jasa.
Manajemen Produksi bertujuan untuk memberikan nilai tambah atau manfaat lebih besar kepada organisasi atau perusahaan.
Manajemen Produksi adalah sebuah sistem yang terbangun dari subsistem masukan, subsistem proses pengolahan, dan subsistem keluaran.
Selanjutnya, kita perlu malihat definisi Manajemen Produksi atau Operasinal sebagai suatu tipe ilmu manajemen dari manajemen fungsional perusahaan menurut pandangan para pakar Manajemen Produksi atau Operasional. Menurut Chase dan Aquilano (1995), Chase, Aaquilano dan Jacobs (2001), Russel dan Taylor (2000), Adam dan Ebert (1992) pada pokoknya merupakan sejumlah kegiatan yang berhubungan dengan pendesainan, kegiatan transformasi (operations), dan perbaikan sistem yang berfungsi untuk menciptakan dan menyerahkan keluaran yang dihasilkan oleh perusahaan, baik produk barang maupun jasa.
Melihat pengertian Manajemen Produksi atau Operasional menurut para pakar di atas, maka ada tiga kategori keputusan atau kebijakan utama yang tercakup di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
 
a)      Keputusan atau kebijakan mengenai desain. Desain dalam hal ini tergolong tipe keputusan jangka panjang, dan dalam arti yang luas meliputi penentuan desain dari produk yang akan dihasilkan, desain atas lokasi, dan tata letak pabrik, desain atas kegiatan pengadaan masukan yang diperlukan, desain atas metode dan teknologi pengolahan, desain atas organisasi perusahaan, dan desain atas job description dan job specification.
b)      Keputusan atau kebijakan mengenai proses transformasi (operations). Keputusan produksi atau operasi ini berjangka pendek, berkaitan tentang keputusan taktis dan operasi. Di dalamnya terkait jadwal produksi, gilir kerja (shift) dari personil pabrik, anggaran produksi, jadwal penyerahan masukan ke subsistem pengolahan, dan jadwal penyerahan keluaran ke pelanggan atau penyelesaian produk.

Dalam industry garmen proses transformasi pengolahan produksi,seperti yang berikut ini :






c)      Keputusan atau kebijakan perbaikan secara terus-menerus dari sistem operasi. Karena sifatnya berkesinambungan (terus-menerus), maka kebijaksanaan tersebut bersifat rutin. Kegiatan yang tercangkup di dalamnya pada pokoknya meliputi perbaikan terus-menerus dari mutu keluaran, keefektifan dan keefesinan sistem, kapasitas, dan kompetensi dari para pekerja, perawatan sarana kerja atau mesin, serta perbaikan terus menerus atas metode penyelesaian atau pengerjaan produk.


secara umum ada 5(lima) jenis kategori keputusan esensial didalam manajemen produksi, yaitu keputusan yang berkaitan dengan :
          i.               Proses Produksi
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada prinsipnya berkaitan dengan penentuan wahana atau fasilitas fisik yang dipergunakan untuk terjadinya transformasi input menjadi produk / jasa. Keputusan yang dimaksud meliputi :

a)      Teknologi produksi

b)      Type peralatan

c)      Jenis proses dan aliran proses produksi

d)     Tata letak fasilitas

Pada umumnya keputusan – keputusan yang diambil dalam kategori ini berdampak jangka panjang dan tidak mudah diubah dalam waktu yang singkat (long term strategic decision).
        ii.               Kapasitas
Keputusan – keputusan yang termasuk dalam kategori ini berkaitan dengan penentuan kemampuan sistem produksi untuk menghasilkan barang dalam jumlah dan waktu yang tepat. Dipandang dari sudut waktu dibedakan atas :
Keputusan jangka panjang, antara lain penentuan kapasitas design sistem produksi, expansi kapasitas, integrasi vertikal, integrasi horisontal dsb
Keputusan jangka menengah, antara lain penentuan sub kontrak, penambahan mesin, rekrutasi tenaga kerja dsb
Keputusan jangka pendek, pada prinsipnya berkaitan dengan pengalokasian pendayagunaan sumber – sumber yang tersedia untuk menghasilkan barang yang diminta konsumen. Keputusan ini diantaranya adalah penjadwalan produksi (Scheduling & dispatching), pengaturan mesin dlsb.
      iii.               Persediaan (Inventory)
Keputusan yang termasuk dalam kategori ini pada hakekatnya berkaitan dengan pengaturan material yang diperlukan untuk keperluan produksi, mulai dari pengaturan bahan baku, barang setengah jadi maupun produk jadi. Ditinjau dari segi permasalahan yang dihadapi, keputusan ini dapat dibedakan atas keputusan tentang operating system persediaan dan keputusan tentang policy persediaan
      iv.               Tenaga Kerja
Mengelola orang merupakan pekerjaan terpenting yang perlu dibuat oleh seorang manajer mengingat tenaga kerja tidak hanya sebagai salah satu faktor produksi tetapi merupakan faktor penentu dari keberhasilan semua aktivitas didalam sistem produksi. Keputusan dalam kategori ini dimulai sejak proses seleksi karyawan sampai dengan pensiun. Adapun keputusan – keputusan rutin diantaranya penugasan karyawan, pengaturan lembur dan cuti, penggiliran kerja dan sebagainya
Kualitas Produksi
Manajer produksi bertanggungjawab atas kualitas dari barang / jasa yang dihasilkan, oleh sebab itu manajer produksi wajib untuk melakukan kegiatan – kegiatan agar produk / jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.





Proses produksi untuk menghasilkan keluaran, baik produk barang maupun jasa mempunyai beberapa bentuk
 Pada perusahaan manufaktur atau pabrikasi, proses menghasilkan keluaran adalah melalui pengolahan dan penyempurnaan bentuk atau kegunaan berbagai masukan (to create form utility). Seperti : kain diolah menjadi baju, celana, jaket,kain gorden, taplak meja dan sebagainya.
Hubungan Masukan-Keluaran dan Indikator Kinerja Berbagai Sistem Produksi
Jenis Proses Produksi Masukan Utama Keluaran Sistem Ukuran Kinerja Sistem ;
Usaha Manufaktur Menyempurnakan bentuk
(form utility) Bahan, tenaga kerja manusia (tkm), modal, peralatan, energi, Keahlian Barang
(keluaran berwujud) Produktivitas.
Dalam Bentuk Industri Garmen
Sumber Daya ;

a.       Bahan Baku : Kain, benang,  kancing(levis dan jaket), resleting(levis dan jaket), dan aksessoris garmen lainnya.

b.      Sumber Daya Manusia (SDM)
                                i.            Bagian Cutting (Pemotongan)  150 orang
Dalam tahap ini kain yang digelar di lapisan meja dengan lapisan hingga ketinggian tertentu. Kemudian  kain di potong dengan mesin pemotong, dipotong menjadi bentuk pakaian atau pola dan dipisahkan dari lapisan.Penggelaran kain mungkin dilakukan dengan cara  manual  dan menyebar otomatis dengan mesin spreading.Setelah dipotong berdasarkan pola marker yang di gelar diatas tumpukan kain kemudian di tempel nomor dan dibundel dan kirim ke ruang jahit.

                              ii.            Bagian Sewing (Menjahit)  300 orang
Panel garmen dijahit bersama-sama di ruang jahit dengan menggunakan mesin jahit. Dalam menjahit pola kain 2D dikonversi dalam bentuk 3D. Seorang operator menjalankan mesin dan bagian menggunakan benang jahit garmen bergabung bersama-sama. Berbagai jenis mesin jahit telah disiapkan  untuk menjahit.Mesin yang dipilih sesuai dengan kebutuhan proses jahitan dan jenis kain.Dalam proses produksi ;Bagian Cut yang memberipekerjaan(potongan kain ) pada awal line sewing, melewati line sewing dan pada akhir line pakaian jadi keluar. Setiap mesin dijalankan oleh masing-masing operator dan operator menjahit hanya satu atau dua operasi garmen.
                            iii.            Bagian Pembolongan kancing  150 orang

                            iv.            Bagian Pemasangan Kancing 150 orang

                              v.            Bagian Pemasangan pad bahu 150 orang

                            vi.            Bagian Pembersihan benang (trimming) 250 orang
Setelah jahitan, semua benang tergantung dipotong dengan cara trimmer tangan(manual dengan gunting). Pakaian bersih dari sisa benang  benang dipotong mepet adalah persyaratan kualitas dasar.


                          vii.            Bagian Penggosokkan  150 orang
Proses ini dilakukan untuk merapikan pakaian yang kusut, kualitas dan kerapihan pakaian adalah keutamaan demi memuaskan konsumen.

                        viii.            Bagian Pemasangan Label, dan harga  150 orang
Pemasangan label dilakukan untuk konsumen mengetahui bahwa pakaian tersebut adalah keluaran dari garmen ini, dan Price tag digunakan untuk memudahkan konsumen melihat harga pakaian tersebut.

                            ix.            Bagian Pemeriksaan  250 orang
Umumnya proses ini termasuk memeriksa pakaian, pemeriksaan pengukuran, papan, dan bercak.Setelah pakaian di jahit , semua potongan diperiksa oleh QC untuk memastikan bahwa pakaian yang sedang dibuat sesuai standar kualitas pembeli. Memeriksa biasanya dilakukan untuk penampilan visual dan pengukuran. Bercak noda dihilangkan  . Berbagai bahan kimia (pelarut) digunakan untuk menghapus berbagai jenis noda minyak, tanda dan noda keras.

                              x.            Bagian Pelipatan dan Pembungkusan (Packing and Folding) 300 orang
Setiap garmen dipressing kemudian dilipat dengan jaringan atau kartu papan. Folding bervariasi produk berdasarkan produk dan juga keinginan pembeli. Menggantung tag, tag khusus dan harga stiker yang melekat dengan plastik Kimble atau benang. Dilipat dan menandai garmen kemudian dikemas ke dalam polybag.Pengambilan pakaian dari kemasan secara acak diperiksa oleh pengendali mutu internal untuk memastikan bahwa hanya barang-barang berkualitas sedang dikemas.

                            xi.            Bagian Pengemasan 250 orang
Setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan, tahap akhirnya adalah pengemasan, yang mana barang dikemas dengan rapid an akhirnya siap untuk di pasarkan ke konsumen.

c.       Mesin yang digunakan dalam proses produksi dalam industry garmen yaitu ;
a)      Mesin Potong
b)      Mesin jahit
c)      Mesin pembolong Kancing
d)     Mesin Setrika
e)      Mesin Metal Detector

f)       Mesin kemasan otomatis

d.      Energi yang digunakan dalam produksi yaitu; energi listrik.

Setelah semua proses diatas yaitu proses pengolahan masukan (bahan baku dan sumber daya produksi) menjadi keluaran (pakaian jadi seperti; kaos, baju, celana levis, jaket, dan berbagai jenis pakaian anak-anak)





Pengendalian produksi sangat diperlukan agar proses produksi bisa lancar, cepat dan jumlahnya sesuai dengan rencana pencapaian target.
Adapun 5 keputusan yang harus di rencanakan dalam  pengendalian produksi yaitu ; Proses produksi, kapasitas, persediaan, dan tenaga kerja. hal – hal tersebut harus di rencanakan dengan baik agar proses produksi berjalan lancar.

Untuk dapat bersaing dan lebih banyak di kenal masyarakat, diperlukannnya inovasi baru dalam pembuatan pakaian, agar pakaian yang dijual tidak ketinggalan. Pada saat ini kita lebih mudah untuk melihat apa tren fashion saat ini, jadi produksi di garmen dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini.





DAFTAR PUSTAKA